-->

5 Fenomena yang Mempengaruhi Iklim dan Musim di Indonesia


Posisi geografis Indonesia yang strategis, terletak di daerah tropis, diantara Benua Asia dan Australia. Kemudian di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Juga dilalui garis khatulistiwa. Tidak hanya itu, Indonesia juga terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, yang dikelilingi oleh luasnya lautan.

Semua itu menyebabkan wilayah Indonesia memiliki keragaman cuaca dan iklim.

Keragaman iklim Indonesia dipengaruhi fenomena global seperti El Nino Southern Oscillation (ENSO). Enso ini bersumber dari wilayah Ekuator Pasifik Tengah. Ada pula Indian Ocean Dipole (IOD) yang bersumber dari wilayah Samudera Hindia sebelah baratnya Sumatera hingga timur Afrika.

Keragaman iklim juga dipengaruhi oleh fenomena regional, seperti sirkulasi angin monsun Asia-Australia. Lalu daerah pertemuan antar angin tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang merupakan daerah pertumbuhan awan. Kemudian kondisi suhu permukaan laut sekitar wilayah Indonesia.

Sementara lain, kondisi topografi wilayah Indonesia yang memiliki daerah pegunungan, berlembah, banyak pantai, merupakan topografi lokal yang menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia menurut ruang wilayah maupun waktu.

Berdasarkan hasil analisis data rata-rata 30 tahun terakhir (1981-2010), secara klimatologis wilayah Indonesia memiliki 407 pola iklim. Diantaranya 342 pola merupakan Zona Musim (ZOM) terdapat perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan musim kemarau. Sedangkan 65 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM).

Daerah Non ZOM pada umumnya memiliki dua kali maksimum curah hujan dalam setahun (pola Ekuatorial). Yaitu daerah di mana sepanjang tahun curah hujannya selalu tinggi atau selalu rendah.

Mari kita kaji satu per satu Fenomena yang Mempengaruhi Iklim dan Musim di Indonesia

1. El Nino Southern Oscillation (ENSO)

El Nino Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer yang ditandai dengan adanya anomali suhu permukaan laut di wilayah Ekuator Pasifik Tengah.
Sumber : bmkg.go.id
Jika anomali suhu permukaan laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-ratanya) maka disebut El Nino. Dan jika anomali suhu permukaan laut negatif disebut La Nina.

Dampak El Nino sangat tergantung dengan kondisi perairan wilayah Indonesia. El Nino berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan secara drastis bila bersamaan dengan kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun bila kondisi suhu perairan hangat, El Nino tidak signifikan mempengaruhi kurangnya curah hujan di Indonesia.

Sedangkan La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat apabila disertai dengan menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia.

Mengingat luasnya wilayah Indonesia, tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh El Nino / La nina.

2. Indian Ocean Dipole (IOD)

Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena interaksi laut– atmosfer di Samudera Hindia. Dihitung berdasarkan perbedaan nilai antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera.

Perbedaan nilai anomali suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole Mode Index (DMI).
Untuk DMI positif, umumnya berdampak kurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

Sedangkan nilai DMI negatif, berdampak terhadap meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

3. Sirkulasi Monsun Asia–Australia

Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Hal ini mengakibatkan sirkulasi angin di Indonesia berubah secara musiman. Yaitu sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah setiap setengah tahun sekali.

Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia. Ini berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Sedangkan Pola angin timuran/ tenggara terjadi karena adanya tekanan tinggi di Australia. Pola ini berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.

4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone/ ITCZ)

ITCZ merupakan daerah tekanan rendah yang memanjang dari barat ke timur. Posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa.

Wilayah Indonesia yang berada di sekitar khatulistiwa, maka pada daerah-daerah yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadinya pertumbuhan awan-awan hujan.

5. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia

Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu indikator kuantitas kandungan uap air di atmosfer. Suhu permukaan ini pula erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia.

Jika suhu permukaan laut dingin potensi kandungan uap air di atmosfer sedikit, sebaliknya panasnya suhu permukaan laut berpotensi menimbulkan banyaknya uap air di atmosfer.

Ini lah 5 fenomena alam yang mempengaruhi Iklim dan Musim di Indonesia.

5 Fenomena yang Mempengaruhi Iklim dan Musim di Indonesia